Assalamu'alaikum . . Sugeng Rawuh Dateng Blog'e Cah Santri

pesantren Hikmah Maulid Detik-Detik Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w

Detik-Detik Kelahiran Nabi
Muhammad s.a.w

> Hikmah Maulid (3): Detik-Detik Kelahiran Nabi Muhammad s.a.w
> Tepat sesaat setelah sayyid Muththalib memasuki rumah setelah
men-thawaf-kan
> cucunya, lewatlah seseorang yang selama beberapa hari ini mencari
kelahiran
> seorang bayi laki-laki. Saat itu, orang yang sudah cukup tua tersebut
masih
> menanyai kepada setiap orang yang dia temui, "Siapakah di antara
> kalian
yang
> memiliki bayi laki-laki?". Pada saat itulah sayyid Muththalib
> menyadari
ada
> seorang tua yang mencari bayi laki-laki.
> Dipanggilnya orang tua itu, lalu beliau berkata kepadanya, "Saya punya
bayi
> laki-laki, tapi, tolong katakan, apa kepentingan anda mencari bayi
> laki-laki?".
> "Saya ingin melihat bayi laki-laki yang baru lahir. Itu saja", jawab
> orang tua tersebut yang sekonyong-konyong muncul semangat baru dalam
> dirinya. Tanpa memberikan kesulitan apapun, sayyid Muththalib
> mempersilahkan orang tua itu masuk ke rumahnya untuk melihat bayi yang
> dimaksud.
> Apa yang terjadi saat orang tua itu melihat bayi yang ditanyakannya,
adalah
> hal yang tidak pernah dibayangkan oleh sayyid Muththalib. Sang sayyid
memang
> tidak pernah berpikir apa pun. Sebagai layaknya seorang kakek yang
> berbahagia mempunyai cucu, beliau cukup bersyukur sang cucu dilahirkan
dalam
> keadaan sehat wal afiat. Namun, bagi orang tua yang sedang mencari
> sesuatu itu tidak demikian. Begitu melihat bayi dan menemukan
> ciri-ciri
sebagaimana
> disebutkan dalam kitab yang dia baca, serta informasi dari orang-orang
> terdahulu, orang tua itu berseru, "Benar, benar sekali ciri-cirinya,
inilah
> bayi yang akan menjadi Nabi akhir zaman kelak.". Dalam kebengongan
> sayyid Muththalib, pingsanlah orang tua yang selama ini mencari-cari
> bayi
laki-laki
> tersebut, lalu wafat pada saat itu juga.
> ***
> Orang-orang yang mencari bayi laki-laki saat itu, termasuk seorang tua
yang
> akhirnya mendapatkannya dan pingsan, adalah para agamawan yang
> meyakini
akan
> kehadiran seorang Nabi akhir zaman. Mereka sangat teguh memegang
> berita
akan
> kemunculan nabi akhir zaman ini. Semakin kuat keyakinan mereka,
> semakin mereka meninggalkan urusan-urusan dunianya guna menanti atau
> mencari nabi akhir zaman itu. Penantian nabi akhir zaman itu, selain
> berkat informasi dari kitab-kitab mereka, saat itu, mereka juga sangat
> merasakan bahwa keadaan membutuhkan kehadiran sang Nabi.  Sedang sang
> bayi yang ditunggu adalah bayi Muhammad Shalla-llâhu 'alayhi wa
> sallama, bayi yang kelak menjadi nabi terakhir.
> Demikianlah, akhir dari kisah pencarian pendeta-pendeta serta segenap
> agamawan pada zaman pra Nabi Muhammad s.a.w. Pencarian atas apa yang
> diisyaratkan dalam kitab-kitab mereka, bahwa akan diutusnya nabi akhir
zaman
> untuk meluruskan kembali aqidah-aqidah yang telah bengkok.
> Dari kisah ini, kita mengetahui betapa pada waktu itu masyarakat
> mengelu-elukan kehadiran Nabi Muhammad s.a.w. 'Sungguh telah datang
kepadamu
> seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
> sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
> kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin'. (QS. 9:128).
> Hampir setiap
kaum
> tahu bahwa ketika situasi sudah sangat rusak, nabi akhir zaman akan
muncul.
> Namun, dari mana dia lahir, hal itu yang tidak pernah diketahui secara
> pasti. Yang diketahui pada saat itu adalah ciri-ciri tempat, posisi
bintang,
> ciri-ciri bayi, dan lain sebagainya.
> Dalam kitab-kitab lama, ciri-ciri tersebut ditulis secara jelas.
> Hingga masyarakat yang membaca kitab-kitab itu pun akan mengetahui
> pula. Tidak sekedar mengetahui, tapi mereka juga berkeinginan untuk
> dekat dengan nabi akhir zaman tersebut.
> Salah satu yang diimpikan oleh berbagai kaum saat itu, adalah harapan
> agar nabi akhir zaman itu muncul dari keturunannya. Hal demikian tentu
> sangat manusiawi. Maka, untuk mewujudkan impian itu, banyak kaum yang
> melakukan migrasi dari kampung halamannya, untuk mencari tempat yang
> disebutkan ciri-cirinya oleh kitab-kitab lama.
> Ada beberapa tempat yang saat itu menjadi pilihan para pencari nabi
> akhir zaman. Tempat-tempat itu antara lain adalah Mekkah, Madinah
> (Yathrib)
serta
> Yaman. Salah satu dari tiga tempat itu diyakini menjadi tempat nabi
> akhir zaman dilahirkan. Banyak juga para agamawan yang menduga nabi
> akhir zaman masih akan muncul dari kawasan Jerusalem atau Damaskus.
> ***
> Untuk kasus Mekkah, orang-orang atau kaum non Quraisy yang minoritas
adalah
> kaum pendatang yang sengaja tinggal di Mekkah untuk menanti kedatangan
nabi
> akhir zaman. Sedangkan kasus migrasi di Madinah, orang-orang
> Yahudi-lah
yang
> banyak menempati kota tersebut waktu itu. Suku bangsa seperti Bani
> Nadhir, Quraizah, Qainuqa' dan suku-suku kecil lainnya, yang sering
> muamalahnya menghiasi sejarah Islam dan târîkh Nabi s.a.w, adalah
> keluarga-keluarga Yahudi yang bermigrasi dari berbagai kawasan, baik
> dari Jerusalem, Yaman, maupun yang lainnya, ke daerah Madinah untuk
> menanti nabi akhir zaman. Migrasi-migrasi itu terjadi dengan harapan
> nabi akhir zaman muncul dari keturunan mereka, selain, tentunya,
> mengharapkan barokah tadi. Migrasi ke Madinah ini dilakukan sudah
> cukup lama, setidaknya mereka telah mendiami Madinah sekitar 100 tahun
> sebelum kelahiran Nabi Muhammad s.a.w.
> Banyak sekali suku-bangsa yang percaya akan datangnya nabi akhir
> zaman. Mulai dari Ethiopia (Al-Habsyi) hingga Damaskus (Dimasyqa),
> serta dari
Yaman
> hingga negeri-negeri Rusia. Semuanya menanti kedatangannya.
> Sang nabi akhir zaman itu telah lahir. Namun, sangat disayangkan,
> Allah s.w.t telah dengan cepat memanggil para agamawan yang menjadi
> "saksi
kunci"
> kebenaran Muhammad s.a.w ke sisi-Nya. Seolah-olah sebuah drama yang
> penuh liku, sedikit demi sedikit, para agamawan yang diharapkan
> kesaksiannya
telah
> wafat. Tidak bisa dibayangkan, andaikata para agamawan ini, dan
> segenap murid serta keturunannya, masih hidup serta senantiasa
> mengikuti perkembangan bayi Nabi Muhammad s.a.w. hingga pada usia-usia
> dewasa dan kenabian, tentu sejarah akan berbicara lain.
> Memang, kasus-kasus wafatnya para agamawan setelah melihat tanda-tanda
> adanya kenabian, seperti yang terjadi pada orang tua itu, bukanlah
> yang pertama kali. Dalam rekaman sejarah, banyak sekali informasi yang
> membahasnya, bahkan sejak zaman sayyid Abdullah-ayahanda Nabi Muhammad
> s.a.w.-belum menikah dengan sayyidah Aminah, dan juga pada masa-masa
> dalam kandungan sayyidah Aminah. Hingga pada suatu waktu di kemudian
> hari, tepatnya 40 tahun setelah kelahiran nabi, sejarah juga
> kehilangan seorang agamawan-monotheis yang informasi spiritualnya
> sangat berharga bagi keberlangsungan keyakinan terhadap adanya nabi
> akhir zaman.
> Dalam hadits yang diriwayatkan sayyidah 'Aisyah r.a. disebutkan bahwa
> setelah mendapatkan wahyu, sayyidah Khadîjah r.a.-bersama
> nabi-mendatangi pamannya, Waraqah bin Naufal, untuk meminta advis atas
> apa yang baru saja terjadi pada nabi. Waraqah bin Naufal adalah
> seorang agamawan ahli kitab suci. Setelah Nabi Muhammad s.a.w.
> menceritakan semua yang terjadi kepada beliau-di gua hira itu-langsung
> saja Waraqah terperanjat dan menjawabnya," Itu adalah Namûs yang
> diturunkan Allah s.w.t. kepada Musa a.s. Ya Tuhan, semoga saja aku
> masih hidup ketika orang-orang mengusir nabi ini.".
> Waraqah tahu, bahwa yang menemui Nabi Muhammad s.a.w adalah Namûs,
> alias malaikat Jibril a.s., yang pernah menemui Nabi Musa a.s. dulu.
> Pengakuan Waraqah ini mirip dengan peristiwa yang terjadi beberapa
> tahun kemudian, saat Nabi Muhammad s.a.w. membacakan ayat al-Qur'an di
> hadapan jin, maka
jin
> itu berkomentar, "Mereka berkata, 'Hai kaum kami, sesungguhnya kami
> telah mendengarkan kitab (yaitu al-Qur'an) yang telah diturunkan
> sesudah Musa
yang
> membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
> dan kepada jalan yang lurus. [QS. 46:30].
> Dan Waraqah tahu, bahwa yang ada di depannya saat itu adalah seorang
> nabi, yang di kemudian hari akan diusir oleh kaumnya sendiri dari
> tanah kelahirannya. Tapi, harapan Waraqah untuk menjadi saksi perilaku
orang-orang
> terhadap Nabi Muhammad s.a.w. tidak kesampaian. Beberapa hari setelah
> itu, beliau wafat. Untuk ke sekian kalinya, Allah s.w.t memanggil
> hambanya yang bisa menjadi "saksi spritiual" atas kenabian Muhammad
> s.a.w. Tapi, itulah, Allah s.w.t tentu memiliki kehendak-kehendak
> tersendiri yang tidak pernah kita ketahui.
> ***
> Dengan wafatnya beberapa agamawan yang menjadi saksi kebenaran
> kelahiran sang nabi, terputus pula informasi-informasi ini. Situasi
> informasi
tentang
> nabi akhir zaman kembali ke titik nol. Namun inti berita yang ada
> dalam kitab-kitab tentang akan diutusnya nabi akhir zaman saat itu
> masih ada. Karena realitas teologis memang membutuhkannya. Hanya
> berita ini yang
telah
> diketahui oleh para agamawan di berbagai tempat, sebagaimana berita
> akan kelahirannya. Dan mereka hanya bisa memegang keyakinannya, tanpa
> ada kemampuan untuk mencarinya, sebagaimana pendahulu-pendahulu mereka
menemukan
> waktu saat-saat dilahirkannya Nabi Muhammad s.a.w. Nampaknya, agamawan
yang
> baru membaca kitab-kitab suci itu lebih percaya bahwa nabi akhir zaman
sudah
> benar-benar lahir di dunia ini.
> Memang banyak ditemukan beberapa anak laki-laki yang memiliki nama
> Ahmad atau Muhammad pada masa pra kenabian. Menamakan Ahmad atau
> Muhammad karena orang tuanya sangat berharap anaknya menjadi nabi.
> Tetapi, para agamawan tentu sudah memiliki wasilah atau cara
> tersendiri untuk menentukan "validitas stempel" yang ada pada seorang
> nabi, apa lagi nabi akhir zaman. Maka, mereka tinggal menanti
> detik-detik kedatangan risalah dan deklarasi kenabian sang nabi akhir
> zaman itu.
> ***
> Secara umum, bisa dikatakan bahwa kebanyakan para agamawan saat itu
> sudah
mengetahui bahwa nabi akhir zaman akan diturunkan dari keluarga tertentu, dan di tempat tertentu. Ada saja yang mengetahui, atau setidaknya meyakini, bahwa nabi akhir zaman itu muncul dari keluarga Bani Hasyim, di daerah Mekkah, dan lain sebagainya. Ini misalnya terjadi kepada seorang pedagang dari Mekkah yang berjulukan Atîq, saat berdagang ke Yaman. Sebagai pedagang yang juga intelektual, kemana pun pergi beliau tidak lupa untuk berkunjung ke kalangan agamawan.
> Saat beliau menemui seorang agamawan di Yaman, dan beliau ditanya
> tentang
asal daerah serta dari keluarga apa, maka setelah mendapatkan jawaban, sang agamawan itu menyatakan, "Nanti akan ada nabi akhir zaman dari daerah kamu dan dari keluarga kamu". Beliau-Atîq-percaya atas informasi yang disampaikan agamawan Yaman itu. Begitu sang nabi muncul dan mendakwahkan kembali ajaran-ajaran Tauhîd [monotheisme] yang hilang, dia -Atîq- pun segera bersaksi atas kebenaran ajaran itu. Beliau menjadi laki-laki pertama yang membenarkan risalah yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Saat masuk Islam itu, beliau mengganti nama menjadi Abû Bakar, yang kelak menjadi sahabat utama sang nabi akhir zaman dan mendapatkan gelar Ash-Shiddîq, yang senantiasa membenarkan. Ini adalah jawaban atas pertanyaan, kenapa Abû Bakar r.a. selalu saja membenarkan kebenaran Muhammad.
> ***
> Dalam al-Qur'an, Allah s.w.t. berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Allah
mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?". Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". [QS. 3:81]
> Para nabi berjanji kepada Allah s.w.t. bahwa bilamana datang seorang
> Rasul
bernama Muhammad mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya. Namun, manusia selalu melakukan penentangan terhadap keputusan-keputusan Allah s.w.t. Para manusia itu ingkar, sebagaimana diceritakan dalam al-Qur'an, "Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka-maksudnya kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya-, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu".(QS. 2:89)
> Itulah manusia yang sangat tidak beruntung dengan melakukan penolakan
terhadap kenabian Muhammad s.a.w. Maka, sangat tepat jika Nabi Muhammad s.a.w. bersabda dalam hadits yang penulis nukil pada permulaan di atas. Bahwa orang yang menjadi saudara Nabi s.a.w. adalah orang yang tidak pernah melihat Nabi s.a.w. namun percaya akan kenabian dan selalu membenarkan sabda-sabda beliau. Orang-orang yang tidak pernah bertemu dengan Nabi s.a.w. tapi selalu membenarkan beliau itulah yang merupakan orang-orang paling utama di antara orang-orang beriman. Ya Allah, tetapkanlah kami untuk selalu beriman kepada-Mu dan kepada Nabi-Mu.
> Âmîn.
> (Disarikan dari beberapa buku, terutama kitab Syarah Al-Barzanjî)


0 komentar:

Posting Komentar