Assalamu'alaikum . . Sugeng Rawuh Dateng Blog'e Cah Santri

PERNIKAHAN YANG SAKINAH


PERNIKAHAN YANG SAKINAH

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang" (QS. Ar-Ruum[30]:21)
Salah satu "harta peninggalan" Rasulullah SAW yang patut kita teladani adalah cara beliau membangun rumah tangga. Muhammad Saw adalah seorang manusia yang sangat sukses dalam bidang ini. Ia menjadi seorang suami yang bertanggung jawab terhadap istri-istrinya, baik dalam bidang nafkah lahir maupun nafkah batin. Dan terlebih dalam bekal ilmu agama yang membawa keluarganya begitu mempesona, penuh barokah, diterangi oleh cahaya ilahi. Pendek kata, keluarga Nabi adalah keluarga yang benar-benar Islami.

Untuk menuju keluarga Islami tidak bisa dianggap sepele. Sebagaimana juga Nabi tidak pernah menyepelekannya. Maka, bagi siapa pun yang mau menikah, pertama-tama harus meluruskan niat. Niatkanlah pernikahan sebagai jembatan untuk mencapai ridho Allah. Janganlah karena terdorong oleh alasan-alasan lain yang kurang bonafid.Kata-kata seperti "karena sudah waktunya", "karena usia sudah terlalu tua", apalagi kalau hanya dorongan nafsu syahwat, semua itu bukan alasan yang tepat. Niatkanlah menikah semata- mata sebagai jalan untuk menyempurnakan ibadah kita kepada Allah. Oleh karena itu, sebelum menikah diperlukan persiapan-persiapan yang maksimal. Jangan sampai setelah menikah timbul penyesalan-penyesalan.

Dalam kenyataan di masyarakat tidak sedikit kita menyaksikan orang yang sangat menyesal mengapa menikah. Pernikahan bagi mereka ternyata mengerikan. Rumah tangga jadinya ibarat sebuah neraka dunia. Tak jarang rumah tangga seperti itu berakhir dengan  perceraian. Maka, sudah semestinya orang yang bersiap-siap hendak menikah mengetahui  betul-betul kuncinya. Adapun kuncinya, sesungguhnya bukan terletak pada pernikahan itu sendiri karena peristiwa pernikahannya belum  berlangsung. Kunci sebetulnya terletak pada persiapannya. Sudah menjadi sunatullah bahwa persiapan yang baik selalu lebih dekat pada hasil yang baik. Dalam persiapan pernikahan yang harus kita pikirkan jangan pada nikahnya karena kita belum tentu bisa menikah. Siapa tahu, sebelum menikah, walaupun persiapan sudah maksimal, kita keburu meninggal. Maka, kalau kita hanya sibuk memikirkan nikahnya, kita akan sangat rugi karena siapa tahu ajal menjemput kita sebelum pernikahan berlangsung. Yang harus menjadi pikiran kita, adalah kita siap kalau ditakdirkan menikah. Seperti seorang jago karate, yang dipikirkanya bukan berkelahinya, melainkan persiapannya Berkelahinya itu sendiri belum tentu terjadi. Tentara di Indonesia ratusan ribu jumlahnya tapi yang ikut perang hanya beberapa saja. Sedangkan latihan mereka setiap saat. Nah, begitupun dalam persiapan menikah. Pertanyaannya, persiapan apa saja yang harus kita lakukan ? Tentu saja macam-macam. Ibarat kita mau mendirikan
sebuah bangunan; harus dipersiapkan rancangannya, biayanya, mental pembangunnya,dll Mau membangun mahligai rumah tangga juga demikian. Mengapa harus siap ?
Sebab, istri kita pasti berbeda jenisnya dengan kita. Orang tuanya berbeda, latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, pola pikirnya berbeda. Bayangkan ! Kita bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda seperti itu. Ini sungguh luar biasa.

Ada beberapa persiapan harus dilakukan bagi para calon mempelai.
Pertama, software-nya, yakni kalbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah. Karena,
yang bias menimbulkan orang stress, tidak menerima kenyataan , sekali-kali bukan karena masalahnya. Melainkan, karena keyakinan dia yang lemah kepada Allah. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa diri kita ini milik Allah. Calon istri kita milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan yang ada pada diri kita adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan terjadi juga dengan ijin Allah. Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah karena pertolongan Allah. Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan Allah-lah yang menyuruh kita menikah. Dan nikah itu ibadah. Sedang Allah menyuruh kita ibadah. Kita tidak usah merasa ragu-ragu lagi. Maka, kembalikanlah segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh su'udzon sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik, orang tua miskin, pendidikan rendah. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Allah. Sebab, wajah kita bukan milik kita. Harta kita bukan milik kita. Ilmu kita bukan milik kita. Semuanya milik Allah.

Kedua, tingkatkan kepribadian kita supaya kita disukai ALlah. Perbaikilah apapun yang dapat kita lakukan; akhlak kita, perbuatan kita, tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaullah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat seperti mejeng dan ngeceng. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Apapun yang kita perbuat pastilah disaksikan-Nya.Maka, meningkatkan kualitas diri supaya disukai Allah adalah hal yang paling penting. Kemudian, yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Karena, untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan kemauan, keinginan, dan uang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bosan dengan istri kita. Sebelum menikah kita merasa bahwa dialah yang paling cantik di dunia. Tapi setelah menikah, tidakjarang orang yang merasa di dunia ini banyak yang cantik, kecuali istrinya. Hal ini harusdikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya karena masalah seperti ini. Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua kita, adik ipar kita yang tinggal serumah dengan kita. Bahkan anak kita sendiri yang masih bayi, misalnya. Semuanya bisa berpotensi untuk bermasalah kalau kita tidak dewasa dan arif menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang, tidak dewasa, tidak arif, ia lebih banyak menambah masalah daripada menyelesaikan masalah.

Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama. Dengan ilmu agama, kita akan bisa beribadah dan beramal dengan benar. Dan Allah pun siap menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar. Ilmu agama penting dikuasai supaya kita tahu standar yang benar. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah Saw, karena memang hanya rumah tangga beliaulah yang menjadi acuan yang tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga beliau. Ketika ia pulang kerumah malam hari, lalu ketika pintu diketuk tidak ada juga yang menyahut karena istrinya tertidur, Rasulullah tak berani membangunkan. Akhirnya ia terbaring di depan pintu. Kita mungkin belum bisa seperti itu. Tetapi paling tidak, kita memiliki standar yang jelas.

Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesehatan, ilmu merawat tubuh, cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi istri saat menjalani ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan, dls. Begitupun istri harus memahami bagaimana perilaku suami, bagaimana emosinya, bagaimana karakternya. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.

Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah ketrampilan. Seperti ketrampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, ketrampilan menekan biaya hidup, dll. Hal ini perlu dilakukan baik oleh calon suami maupun oleh calon istri. Sebab, setelah menikah bagi keduanya masing-masing berpeluang berpisah. Suami harus berpikir, misalnya ajal siap menjemput kapan saja. Maka, ketika istrinya meninggal duluan, jangan sampai kelabakan karena tidak bisa menggantikan peran istrinya. Begitupun bagi istri, ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan ketrampilan menambah penghasilan.Begitupun persiapan-persiapan yang harus ditempuh bagi kaum laki-laki dan perempuan yang sudah berniat berumahtangga. Bagi mereka telah maksimal mempersiapkannya, Insya Allah masalah apapun yang dihadapi, tidak akan membuat mereka goyah. Mereka tetap akan tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya. Ingatlah firman Allah berikut ini : "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Q.S An-Nuur [24]:32)



NASEHAT MEMPELAI LAKI-LAKI KEPADA MEMPELAI PEREMPUAN

Menasehati mempelai perempuan agar hidup pada jalan dan garis agama, merupakan hal yang paling utama dilakukan oleh mempelai laki-laki sebelum menjalani kehidupan selanjutnya.
Contoh nasehat mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan antara lain :

"Wahai dindaku sayang, aku dan engkau telah ditakdirkan Allah sebagai suami istri. Aku mencintaimu karena Allah; dan semoga engkau pun mencintaiku karena Allah. Kita telah berikrar dengan nama Allah, dengan disaksikan oleh orang-orang yang kita hormati dan kita cintai, bahwa aku dan engkau akan mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh cinta, kasih sayang, kerinduan dan saling mempercayai. Dindaku sayang, aku punya kekurangan dan engkau punya kelebihan; Tutuplah kekuranganku dengan kelebihanmu dan akan kututup pula kekuranganmu dengan kelebihanku. Semoga Allah SWT menjadikan semua itu sebagai kekuatan kita dalam membentuk rumah tangga yang dirihoi-Nya. Marilah, dinda dan aku selalu memohon kepada Allah SWT semoga segala kelebihan yang ada pada kita berdua menjadi rahmat bagi kita dan segala kekurangan kita tidak menjadi malapetaka bagi kita. Marilah kita tegakkan syariat Allah dalam keluarga kita, anak-anak kita, dan lingkungan rumah tangga kita. Semoga Allah melimpahkan taufik, hidayah dan rahmat karunia-Nya kepada kita berdua dan orang-orang yang kita cintai. Amiin...."
Nasehat ini disampaikan ketika mempelai laki-laki dipertemukan dengan mempelai perempuan.

0 komentar:

Posting Komentar