Assalamu'alaikum . . Sugeng Rawuh Dateng Blog'e Cah Santri
0

Download Al - Qur'an

AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (1).rar
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (2).rar 
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (3).rar 
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (4).rar 
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (5).rar 
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (6).rar 
AL-QURAN 30 juz mp3 semuanya ada 7 files (7).rar
0

Cah Santri Al - Islakhul Ummah | Dk. Banjartal Ds. Kabunan Kec. Balen Kab. BOJONEGORO

Cah Santri Al - Islakhul Ummah | Dk. Banjartal Ds. Kabunan Kec. Balen Kab. BOJONEGORO
Klik Link diatas maka Anda akan masuk keGroup Cah Santri Al - Islakhul Ummah
0

menampilkan Mbah google

<!--CHANGE LINKS BELOW TO YOUR OWN-->
<a href="javascript:jumpto('http://www.google.com')">Google</a>
<a href="javascript:jumpto('http://www.gmail.com')">gmail</a>
<a href="javascript:jumpto('http://www.yahoo.com')">Yahoo</a>
<a href="javascript:jumpto('http://www.facebook.com')">facebook</a>
<a href="javascript:jumpto('http://www.bismilah.com')">bismilah</a>
<a href="javascript:jumpto('http://www.facelim.com')">facelim</a>
<script language="javascript">
<!--


//Specify display mode (0 or 1)
//0 causes document to be displayed in an inline frame, while 1 in a new browser window
var displaymode=0
//if displaymode=0, configure inline frame attributes (ie: dimensions, intial document shown
var iframecode='<iframe id="external" style="width:100%;height:500px" src="http://www.google.com"></iframe>'

/////NO NEED TO EDIT BELOW HERE////////////

if (displaymode==0)
document.write(iframecode)

function jumpto(inputurl){
if (document.getElementById&&displaymode==0)
document.getElementById("external").src=inputurl
else if (document.all&&displaymode==0)
document.all.external.src=inputurl
else{
if (!window.win2||win2.closed)
win2=window.open(inputurl)
//else if win2 already exists
else{
win2.location=inputurl
win2.focus()
}
}
}
//-->
</script>
0

Gallery Ku





0

pencarian

Google gmail Yahoo facebook bismillah facelim
0

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur

 Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur

>> Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? ketika kita menangis?
>> ketika kita membayangkan? ketika kita berciuman?
>> Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT...
>> 
>> Kita semua agak aneh...dan hidup sendiri juga agak aneh...
>> Dan ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN dengan
>> kita..kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
>> serupa yang dinamakan CINTA..
>> 
>> Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan..
>> Orang2 yang tidak ingin kita tinggalkan...
>> Tapi ingatlah...melepaskan BUKAN akhir dari dunia..
>> melainkan awal suatu kehidupan baru..
>> 
>> Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti,
>> mereka yang telah mencari...dan mereka yang telah mencoba.. Karena
>> MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah
menyentuh
>> kehidupan mereka..
>> 
>> CINTA yang AGUNG?
>> Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli
>> terhadapnya..
>> Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya
>> dengan setia..
>> Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa
>> tersenyum
>> sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'
>> 
>> Apabila cinta tidak berhasil...BEBASKAN dirimu...
>> Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas
>> LAGI..
>> Ingatlah...bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
>> kehilangannya..tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
>> bersamanya...
>> Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..
>> MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
>> 
>> Entah bagaimana...dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu
>> sendiri..dan menyadari..bahwa penyesalan tidak seharusnya
>> ada..HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan2 kehidupan yang telah kau
buat.
>> 
>> TEMAN SEJATI...
>> mengerti ketika kamu berkata 'Aku lupa..'
>> Menunggu selamanya ketika kamu berkata 'Tunggu sebentar'
>> Tetap tinggal ketika kamu berkata 'Tinggalkan aku sendiri'
>> Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata 'Bolehkah saya
>> masuk?'
>> 
>> MENCINTAI...
>> BUKANlah bagaimana kamu melupakan..melainkan bagaimana kamu
>> MEMAAFKAN..
>> BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan..melainkan bagaimana kamu
>> MENGERTI..
>> BUKANlah apa yang kamu lihat..melainkan apa yang kamu RASAKAN..
>> BUKANlah bagaimana kamu melepaskan..melainkan bagaimana kamu
>> BERTAHAN..
>> 
>> Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati...dibandingkan
>> menangis tersedu2..
>> Air mata yang keluar dapat dihapus..sementara air mata yang
>> tersembunyi
>> menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang..
>> 
>> Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang..
>> Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG
>> hanya
>> karena
>> kamu berbahagia..dapat mencintai seseorang..LEBIH dari kamu
>> mencintai
>> dirimu sendiri..
>> 
>> Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencinta seseorang
>> BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita MELAINKAN karena
>> kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita
>> melepaskannya.
>> 
>> Apabila kamu benar2 mencintai seseorang, jangan lepaskan dia..
>> jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar2
>> mencintai MELAINKAN...BERJUANGLAH demi cintamu
>> Itulah CINTA SEJATI
>> 
>> Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan
>> bersama orang 'yang tersedia'
>> Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang
>> berada di sekelilingmu
>> Lebih baik menunggu orang yang tepat kerena hidup ini terlalu
>> singkat untuk dibuang dengan hanya dengan 'seseorang'
>> 
>> Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING
>> menyakiti hatimu
>> dan kadang kala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan
>> menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari..
>> - Maria Irmina P –

MAAFKAN AKU BILA AKU MENGELUH

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang remaja
tampan dengan rambut
sedikit ikal. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu
ceria, dan aku sangat ingin memiliki gairah hidup yang
sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia
mempunyai satu kaki
saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia
lewat .... ia tersenyum.
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.

Aku berhenti untuk membeli sedikit kue. Anak
laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara
padanya. Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku
terlambat sampai di kantor, tidaklah apa-apa. Ketika
aku pergi, dia berkata, "Terima kasih. Engkau sudah
begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu.
Lihatlah, aku buta."
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak
mirip bule dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain sepak
bola. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku
berhenti sejenak, lalu berkata, "Mengapa engkau
tidak bermain dengan yang lain, Nak ?"
Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu
dia tidak bisa mendengar.
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.

Dengan dua kaki untuk membawaku ke mana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang mentari dan
bukit-bukit.
Dengan dua telinga untuk mendengar desir angin dan
segala bunyi.
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.

Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata.
Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti.
Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati.
Untuk menyadari, betapa ia dicintai.
Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri.
Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati,
berusaha meraih yang tidak dapat diraih,
memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan,
tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.
Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri,
tidak sadar bahwa ia begitu dicintai,
tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha
meraih lebih,
dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai,
namun tidak diindahkan,
karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri.
Memilih teman dan mencari-cari,
padahal di depan mata ada teman yang sejati.
Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah,
ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi
pusat  perhatian, selalu dinomorsatukan.
Padahal, semua manusia memiliki peranan,
hebat dan no.1 dalam satu hal,
belum tentu dalam hal lain,
dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri,
jikalau berharap dari orang lain,
siaplah ditinggalkan,
siaplah dikhianati.
Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya,
mencintai dan menghargai diri sendiri,
mau mencintai orang lain,
dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepadanya,
bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita,
tak perlu berkeras  hati,
pasrahkan dirimu padaNYA....
Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan,
meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari
karena yang terindah bagiNYA selalu datang tepat pada waktunya dan kita
tidak pernah duga.
Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang
dan berusahalah menerima orang lain apa adanya


Cangkir yang Cantik

 Sepasang opa dan oma pergi belanja di  sebuah toko suvenir untuk
mencari hadiah buat cucu  mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada
cangkir yang cantik. "Lihat  cangkir itu," kata si oma kepada suaminya.
"Kau benar,
inilah cangkir tercantikyang  pernah aku lihat," ujar si opa. Saat mereka
mendekati cangkir itu,  tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima
kasih untuk perhatiannya,  perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik.
Sebelum menjadi cangkir yang  dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat
yang
tidak berguna. Namun suatu  hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor
melempar aku ke sebuah roda  berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku
hingga aku merasa pusing.
Stop ! Stop ! Aku berteriak,  Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia
mulai menyodok dan meninjuku  berulang-ulang. Stop! Stop! teriakku lagi.
Tapi orang ini masih saja  meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku.
Bahkan lebih buruk lagi ia  memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas
!
Teriakku dengan keras. Stop  ! Cukup ! Teriakku lagi.Tapi orang ini berkata
"belum !" Akhirnya ia  mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku
sampai dingin. Aku pikir,  selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum.
Setelah dingin aku diberikan  kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai
mewarnai aku. Asapnya begitu  memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Wanita itu berkata "belum !"  Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria
dan ia
memasukkan aku lagi ke  perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong
!Hentikan penyiksaan ini !  Sambil menangis aku berteriak
sekuat-kuatnya.Tapi
orang ini tidak peduli  dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah
puas "menyiksaku" kini aku  dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin
seorang wanita cantik  mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku
melihat
diriku.Aku terkejut sekali.  Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku
berdiri sebuah cangkir yang  begitu cantik. Semua kesakitan dan
penderitaanku
yang lalu menjadi sirna  tatkala kulihat diriku.
Saudara, seperti inilah  Tuhan membentuk kita. Pada saat Ia membentuk
kita, tidaklah menyenangkan,  sakit, penuh penderitaan, dan banyak air
mata.
Tetapi inilah satu-satunya  cara bagi Tuhan untuk mengubah kita supaya
menjadi
cantik dan memancarkan  kemuliaan-Nya. "Saudara-saudaraKu, anggaplah
sebagai suatu kebahagiaan,  apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan,
sebab
kamu tahu bahwa UJIAN  terhadap IMANMU menghasilkan KETEKUNAN.
Dan biarkanlah ketekunan itu  memperoleh buah yang matang MENJADI SEMPURNA
dan utuh dan tak kekurangan  suatu apapun."
tapi jangan lupa bahwa  pencobaan yang kamu alami tidak akan melebihi
kekuatanmu, Ia akan memberi  jalan keluar,
artinya nggak ada alasan  untuk tergoda dan jatuh dalam dosa Apabila anda
sedang menghadapi ujian  hidup, jangan kecil hati, karena Tuhan
sedang membentuk anda.  Bentukan - bentukan ini memang menyakitkan tetapi
setelah semua proses itu  selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya
Tuhan membentuk anda


Entah berapa puluh tahun yang lampau cerita ini terjadi. Sebuah cerita
tentang sikap yang diambil seseorang mengenai hukum yang berkaitan dengan
masalah pribadi. Baiknya saya menyebut beliau itu dengan nama PakDe Yat. Ia seorang teman ayah saya sejak usia muda. PakDe Yat ini sempat menghilang beberapa belas
tahun sampai kemudian mondok (numpang) disebuah rumah tetangga, berdekatan
dengan rumah kami. Masa lalunya gelap tak ada seorangpun yang tahu,
termasuk ayahku. Yang saya tahu ia cuma hadir sebagai laki laki yang pendiam, lebih
tua dari ayahku, suka merokok nyambung tak pernah berhenti. Matanya kelabu
sering memandang menerawang diantara kepul asap rokoknya.
Ayahku pernah mengatakan bahwa PakDe Yat ini sudah berubah sejak mereka
berhenti bertemu, meninggalkan kegembiraan masa kecil mereka. Tapi ayahku
sangat menyayangi 'kakak'nya  itu. Berusaha memberikan sebanyak yang dia
bisa beri. Tapi PakDe Yat itu seperti tidak membutuhkan apa-apa. Seperti
selalu saja ada yang berada dalam pikirannya. Misterius sekali.
Suatu kali, ayahku masuk terburu buru ke kamar, mengemasi barang. Wajahnya
nampak geram dan marah bukan main. "Enten nopo, pak?" ("Ada apa pak?"),
tanyaku tegang. "PakDemu dipateni maling" ("Pamanmu dibunuh pencuri"),
jawabnya singkat. "PakDe sinten?" (Paman siapa?") tanyaku lagi tapi beliau
tak sempat menjawab. Sejenak kemudian ayahku sudah pergi bersama beberapa
temannya. Ternyata keluar kota mengejar pencuri.
Malam harinya, beliau pulang dengan tangan hampa. Dari pembicaraan dengan
teman-temannya, saya mendengar ucapan-ucapan ayahku yang terdengar sangat
mengerikan. Kalau tertangkap akan dicungkil matanya, digorok dan
sebagainya. Biasanya beliau tenang dan kalem, tapi kali itu seperti buas sekali. Bahkan
seperti saya tidak mengenal ayahku lagi dari ucapan-ucapan geramnya.
Ayahku adalah boleh dibilang pemuka dalam masyarakat desa kami. Meskipun
sederhana, tapi 'pengikutnya' banyak. Beliau sering dipercaya menghadapi
persoalan-persoalan pelik para tetangga desa, misalnya perselisihan dsb.
Dan berkat wibawanya beliau selalu bisa mengatasinya dengan baik.
Keesokan harinya terdengar berita, pencuri yang membunuh PakDe Yat itu
Sudah tertangkap disebuah perkampungan nelayan. Mereka akan menghakimi secara
brutal dan mungkin akan membunuhnya, tetapi menunggu ayahku dulu, sebagai
orang yang dianggap dekat dengan korban, PakDe Yat itu.
Rumah rumah nelayan itu tidak jauh dari rumah saya, maka bersama banyak
teman-teman sepermainanku, kami berbondong-bondong pergi hendak menonton.
Aku ngeri membayangkan akan melihat pembantaian biadab oleh massa yang
marah. Tapi aku merasa perlu ikut melihat. Ayahku tiba disana hampir
bersamaan denganku.
Pencuri itu ditelikung ditanah berpasir. Darah merah tua kental
menetes-netes dari wajahnya. Tubuhnya setengah telanjang. Kaki terikat tali
yang diikatkan ke badan sebuah perahu. Ukuran wajahnya tampak menjadi
besar, tentu karena bengkak tadi dijadikan bulan-bulanan massa. Sejenak saya
merasa kasihan. Saya tahu ia telah membunuh PakDe Yat. Jadi ia seorang pembunuh.
Tapi tetap saja ada rasa kasihan yang besar dalam hatiku melihat manusia
Tak berdaya disiksa begitu. Ada harapan tersembunyi dalam hatiku agar ia
berhasil dibebaskan saja. Tapi tentu saja saya tidak berani mengatakan
apa-apa, karena anak-anak yang lebih besar dariku malah berteriak-teriak
menyuruh orang orang itu menenggelamkannya ke laut.
Harapanku ada pada ayahku. Bapakku.
Dalam hati aku tidak percaya bapak akan membunuhnya. Bapak itu keras dan
berada dalam lingkungan yang keras pula, masyarakat dominan dengan etnis
Madura pula, yang terkenal keras itu. Tapi bapak itu punya 'wisdom'. Sebuah
kata yang saya sukai dan saya kenal ketika menginjak perguruan tinggi.
Aku berkata dalam hati:"Awas kau pak, kalau kau biarkan orang itu dibunuh,
aku akan tanya disaat setiap makan malam, mengapa orang itu mesti mati".
Kalau kita tidak suka orang membunuh, mengapa kita mesti membunuh juga?.
Bapakku, oh bapakku... Begitu datang ia cuma menghardik pembunuh itu:
"Ngadeg!" ("Berdiri!"). Orang itu perlahan berdiri dengan leher lunglai
tapi dengan pandangan pasrah siap menerima hantaman dari orang tinggi besar
dihadapannya.
Ayahku berkata lagi: "Sing kok pateni iku cacakku, eruh tah gak kon?"
("Yang kau bunuh itu kakak saya, tahu kah kau?"). Orang itu menjatuhkan diri
terduduk dan bersujud didepan kaki ayahku - menangis dalam diam tak mampu
berkata-kata. Ayahku menengok orang-orang disekitarnya : "Wong koyok ngene
gak onok regane dipateni. Uripe tambah berat tinimbang matek. Wong maling
kebo ae athik mateni menungso!" ("Orang seperti ini tidak perlu dibunuh.
Hidup akan lebih berat daripada mati. Mencuri kerbau saja kok harus pakai
membunuh manusia!).
Semua terdiam memandang mata ayahku. Tapi ayahku menatap mereka dengan
berani: "Wis culno ae, nek arep matek jarne karepe Gusti Alloh!"("Sudahlah,
lepaskan saja, kalau harus mati biarlah seiring kemauan Tuhan saja"). Orang
orang itu bergumam-gumam dalam kerumunan. Tapi wibawa ayahku memang hebat,
berhasil membuat massa buas itu merenung, lalu pergi satu satu.
Pencuri itu, mematuk matuk kaki ayahku dengan syukur yang bercucuran air
mata. Ayahku berbalik badan, meraih goloknya untuk dibawa pulang,
meninggalkan pencuri itu yang mendapatkan nyawa barunya.
Aku berlari menjangkau tangan ayahku dari belakang, untuk berjalan bersama
pulang. "Wok, ngono ae di tontok kon iku!" ("Huh, begitu aja di tonton,
kamu
itu!"), kata ayahku menegurku sambil tersenyum. Aku menggenggam tangan
ayahku makin kencang. Sekarang aku berpikir, ditangan pemimpin yang seperti
ini desa akan aman dan sejahtera.
Kemurahan hati ayahku itu dipuji oleh seorang pemuka yang diam di kota
lain.
Puluhan tahun kemudian, pemuka itu sekarang menjadi seorang pemimpin di
negeri ini.
Ini sebuah kisah nyata, bukan rekaan. Mungkin ada gunanya untuk mengambil
sikap atas orang yang bersalah dimata hukum di negeri ini. Dari maling ayam
sampai koruptor besar.
Dan satu ini perlu dicatat juga, pencuri kerbau itu sekarang sudah berganti
nama dan bergelar haji. Beliau mempunyai penampungan anak-anak terlantar
dan
korban narkotika didekat kampung saya. Di wajahnya memang masih ada
cacat-cacat bekas dihajar massa dahulu. Tapi bukan cacat itu yang membuat
sekian puluh (ratus?) anak asuhannya tertolong, melainkan sebuah sikap arif
dan bisa memaafkan.
Sebuah kebencian hanya bisa merusak wajah, tapi sebuah budi bisa
memperbaiki
hati.

Waktu ayahku meninggal dan dikuburkan, kata orang ia datang sendirian
dipusara ayahku setelah para pelayat pulang. Ia lama menangis disitu.
Sebuah
budi terbawa mati.
(Khadijah Umar)

> > > SEMENIT RENUNGAN
> > >
> > > Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah.
> > > Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya
> > > memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak
> > > itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap
> > > kali dia marah...
> > > Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke
> > > pagar setiap kali dia marah....
> > > Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang....
> > > Dia mendapati bahwa ternyata lebih
> > > mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke
> > > pagar...
> > > Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa
> > > sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak
> > > cepat kehilangan kesabarannya...
> > > Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang
> > > kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku
> > > untuk setiap hari dimana dia tidak marah....
> > > Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya
> > > memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut
> > > olehnya...
> > > Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar....
> > > "Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,
> > > tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, pagar ini
> > > tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya,
> > > ketika  kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan...
> > > Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini...
> > > di hati orang lain".
> > > "Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu
> > >  mencabut pisau itu... tetapi tidak peduli beberapa
> > >  kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada...
> > >  dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya
> > >  dengan luka fisik bahkan lebih  sakit ...."
> > >
> > >  Ambilah semenit dari waktumu untuk
> > >  merenungkan hal ini ...

h hari dimana anak tersebut merasa
> > > sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak
> > > cepat kehilangan kesabarannya...
> > > Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang
> > > kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku
> > > untuk setiap hari dimana dia tidak marah....
> > > Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya
> > > memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut
> > > olehnya...
> > > Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar....
> > > "Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,
> > > tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, pagar ini
> > > tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya,
> > > ketika  kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan...
> > > Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini...
> > > di hati orang lain".
> > > "Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu
> > >  mencabut pisau itu... tetapi tidak peduli beberapa
> > >  kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada...
> > >  dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya
> > >  dengan luka fisik bahkan lebih  sakit ...."
> > >
> > >  Ambilah semenit dari waktumu untuk
> > >  merenungkan hal ini ...

0

jangan beramal krn manusia

Jangan Beramal Karena Manusia


Luqman al Hakim berpesan kepada anaknya: "Hai anakku, lakukanlah apa yang
menjadi kemaslahatan dirimu, baik mengenai agamamu maupun duniamu, dan
laksanakanlah kepentinganmu itu hingga selesai, jangan peduli orang lain
dan tak usah kamu dengar perkataan dan cemoohan mereka. Karena betapa pun
takkan dapat kamu buat amereka semua lega, dan takkan dapat kamu persatukan
hati mereka".

Dan sesudah itu Luqman menyuruh anaknya mengambil seekor keledai. "Anakku,
bawalah kemari seekor keledai", katanya. "Lihatlah apa kata orang nanti,
mereka selamanya takkan lega melihat orang lain".

Tak lama kemudian anak itu pun datang membawa keledai yang diminta. Luqman
naik ke atas punggungnya, dan menyuruh anaknya berjalan menuntun binatang
itu, sementara ia enak-enak duduk di atas punggungnya.

Dalam perjalanan, lewatlah mereka pada sekumpulan orang. Dan melihat
pemandangan yang ganjil itu, orang-orang berkata : "Anak kecil disuruh
berjalan, sedang yang sudah tua malah enak-enak naik kendaraan. Betapa
kejam dan tak tahu malu orang tua itu".

"Apa kata orang-orang itu hai anakku?", tanya Luqman kepada anaknya. Dan
setelah anak itu menerangkan apa yang mereka omongkan, ia pun turun dari
atas punggung kendaraannya dan menyuruh anaknya naik. Dan sekarang giliran
dia yang menuntun keledai.

Berikutnya ketika melewati kerumunan orang yang lain, terdengarlah
kata-kata mereka : "Yang kecil naik, sedang orang yang sudah tua bangka
begitu disuruh jalan kaki. Sungguh kejam anak itu dan tak tahu kesopanan".

"Apa kata mereka?", kata orang tua itu mengulangi pertanyaannya. Maka
diterangkanlah oleh anak itu apa yang diperkatakan orang, dan kini kedua
insan anak dan bapak itu bersama-sama menunggangi binatang naas itu.
Sehingga pada suatu tempat, ketika mereka melewati kerumunan orang
berikutnya, mereka pun berkata pula : "Dua orang berbonceng-boncengan di
atas punggung seekor keledai, padahal sakit tidak, lemah pun tidak. Ah, tak
kenal belas kasihan kedua orang itu terhadap binatang".

Kali ini Luqman bertanya pula kepada anaknya, "Apa kata orang-orang itu hai
anakku?". Dan setelah anak itu menjawab, maka tak ada pilihan lain kecuali
harus turun bersama-sama dari onggung keledai dan menuntunnya bersama-sama
sambil jalan kaki.

"Subhanallah!" orang terheran-heran melihat keledai yang segar-bugar dan
kuat itu berjalan tanpa muatan, sementara kedua pemiliknya malah berjalan
kaki menuntunnya bersama-sama. "Kenapan salah seorang tak mau menaikinya?",
kata merka.

Sekali lagi Luqman menanyai anaknya, "Apa kata mereka wahai anakku?". Dan
setelah dijawab, ia pun melanjutkan perkataannya : "Anakku, bukankah telah
aku katakan padamu, lakukanlah apa yang menjadi kemaslahatan dirimu, jangan
pedulikan apa kata orang. Semua ini aku lakukan, tak lain hanyalah untuk
memberi pelajaran kepadamu".